Rabu, 18 April 2018

Mengais Rejeki di Jalan, Nyawa Taruhannya

Siapa bilang bekerja independen itu paling enak? Iya, enak karena tidak ada yang memberi perintah. Tidak sebagai bawahan, tidak juga sebagai atasan. Semua tugas dilakukan sendiri dengan tanpa batasan waktu. Kecuali target.

Siapa bilang menjadi self employee itu menyenangkan? Iya, menyenangkan jika bisa mengatur waktu dan pendapatan sesuai target, bahkan kalau perlu melampaui. Itulah nikmatnya bekerja sendiri. Hasilnya pun akan dinikmati sendiri.

Menjadi supir taksi online atau ojek online adalah salah satu profesi yang beberapa tahun terakhir ini menjadi pilihan yang paling dicari. Bukan hanya pengangguran, bahkan para pegawai setingkat manajer pun ikut tergiur. Mereka percaya, profesi ini sanggup memberikan lebih banyak penghasilan dibandingkan gaji kantoran.

Mungkin saja benar. Apalagi pada tahun-tahun awal perkembangannya. Permintaan di lapangan jauh lebih besar dibandingkan unit yang tersedia. Dengan kata lain, supir transportasi online tidak pernah kehabisan order. Penghasilan mereka bisa mencapai 2-3 kali gaji pegawai kantoran. Sungguh menggiurkan memang.

Tapi, tahukah bahwa resiko di jalanan pun tidak sedikit. Bahkan, nyawa menjadi taruhannya. Apa saja resikonya?

*Waktu Istirahat Yang Kurang Diperhatikan*

Asik dengan kesibukan memenuhi permintaan trip dari penumpang, seringkali membuat supir lupa pada waktu istirahat. Tubuh yang lelah diabaikan demi mencapai target penghasilan

*Resiko dari Kejahatan*

Pada setiap situasi, peluang kejahatan memang selalu ada. Namun, berada di jalanan terutama malam hari, membuat supir transportasi online menjadi lebih sarat resiko mengalami kejahatan. Beberapa kasus bahkan menunjukkan adanya usaha perampokan hingga pembunuhan oleh sang pelaku. Oleh karena itu, kewaspadaan sangat diperlukan.

Itulah kenapa memiliki komunitas atau grup sesama supir sangat diperlukan. Dengan komunikasi dan saling bertukar informasi bisa mengeliminasi resiko adanya kejahatan yang ekstrim.

*Bentrok Dengan Sesama Supir Transportasi Non-Online*

Hal ini seperti masalah sepele. Hanya karena dianggap mengambil jatah penumpang di suatu wilayah, seringkali harus bersitegang dengan supir angkot atau ojek pangkalan. Bahkan, tak sedikit cerita pemukulan dan pertumpahan fisik di antara mereka. Sungguh miris. Sama-sama mencari rejeki untuk keluarga, tapi kenapa harus sampai hilang akal.

Apakah karena pemahaman yang kurang ataukah memang perlu sosialisasi tentang hal ini kepada masyarakat? Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab terhadap situasi yang tidak aman ini? Yang kami tahu, masyarakat pengguna pun jadi merasa tidak nyaman.

Kalau sudah tahu resiko ini, kira-kira masih berani untuk jadi pejuang aspal di jalanan? Don't worry ya, berusaha untuk selalu mengikuti aturan dan waspada, itu yang penting. Selebihnya, kita berserah diri pada Sang Maha Kuasa.

Selamat bertugas buat para pejuang keluarga. Tetap semangat...

#salamsatuaspal