Akhir-akhir ini media sosial
(medsos) makin marak memperlihatkan kedekatan suatu hubungan di antara pasangan
pria-wanita dengan hastag Relationship
Goals. Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan Relationship Goals? Kenapa postingan-postingan yang berbau hastag
ini bisa menjadi begitu viral dan banyak disukai pengguna medos? Terutama yang
berbentuk gambar atau foto.
Mari kita simak dulu sedikit
tentang arti Relationship Goals biar
kita bisa paham dengan fenomenanya. Berdasarkan hasil pencarian di internet yang
paling populer muncul artinya adalah kurang lebih sebagai suatu hubungan antara
dua orang yang menjadi dambaan setiap orang yang melihatnya dan bisa membuat
seseorang (terutama gadis) menjadi iri. Biasanya terjadi pada pasangan
selebritis atau pasangan-pasangan yang populer di sekolah. (When
two people are in a relationship and girls envy them, usually a celebrity
couple or popular couple in high school). Dengan kata lain, jika dua orang,
laki-laki dan perempuan, terlibat dalam suatu hubungan yang bisa membuat
orang-orang di sekitarnya iri, maka mereka masuk dalam Relationship Goals. Bisa dalam kehidupan nyata maupun melalui postingan-postingan
di dunia maya atau media sosial.
Kenapa menjadi lantas bikin iri?
Kalau kita coba buka postingan-postingan yang dimaksud (di medsos apapun sangat
mudah ditemukan) maka kita jadi paham, sebab tak sedikit gambar-gambar atau
foto-foto yang biasanya memperlihatkan keberanian di antara dua sejoli dalam
hubungan mereka. Dari yang paling sederhana hanya foto berdua saling
berdekatan, sampai berpegangan tangan atau berpelukan, bahkan diantaranya ada
yang sampai berani mengumbar kemesraan yang vulgar (yang seperti ini tampaknya
yang menjadi pemicu viral). Contoh yang hangat munculnya kasus Awkarin, seorang
remaja putri berusia 19 tahun yang banyak mengumbar tentang hubungannya dengan
pacar dan diakhiri dengan sebuah pengakuan menyedihkan di media sosial. Siapapun,
apalagi remaja yang masih labil dan terbawa arus, akan mudah suka dan tertarik
ikut-ikutan. Disinilah fungsi orang tua dituntut untuk tetap bisa mengambil
peran sebagai filter buat remaja dalam memahami dan menyikapi gempuran media
sosial yang makin tidak tertahankan.
Lalu apa kaitannya dengan Relationship Goals di antara ayah dan
anak perempuan? Meskipun saya tidak memiliki anak perempuan, tapi saya cukup
tertarik untuk membahas hal ini karena tentu saja saya juga dulu pernah
mengalami sebagai remaja perempuan, bahkan sampai hari ini pun saya adalah anak
perempuan dari seorang ayah. Rasanya penting bagi saya untuk bisa berbagi
pikiran bukan hanya sebagai sesama orang tua tapi juga sebagai sahabat bagi
anak-anak perempuan kita. Dan sepertinya kita tidak bisa menutup mata kalau
akhir-akhir ini banyak terjadi kejahatan seksual terhadap remaja perempuan yang
salah satu pencetusnya adalah kemudahan dalam mengakses gambar-gambar porno di
internet (media sosial) oleh pelakunya. Miris rasanya kalau anak-anak perempuan
yang sedang tumbuh dan harusnya berkembang menjadi wanita-wanita dewasa
terhormat yang akan menjadi penerus generasi berikutnya, terpaksa layu dan mati
sia-sia.
Kalau begitu, kenapa mesti
dikaitkan dengan Relationship Goals?
Di sini saya hanya ingin mengajak para orang tua, khususnya ayah, untuk mulai
membentengi anak-anak perempuannya dari dahsyatnya teknologi. Kalau perlu sejak
dini. Dalam sebuah artikel di kompasiana.com dibahas beberapa penelitian menyebutkan bahwa anak-anak yang banyak mendapatkan
sentuhan dan didikan ayah semasa proses tumbuh kembangnya ternyata memiliki
kemampuan sosial, bahasa dan prestasi akademis yang lebih baik. Keterlibatan
ayah dalam proses pendidikan, pengasuhan, dan tumbuh kembang anak juga akan
berdampak baik bagi perkembangan kognitif dan emosional dan membuat anak
menjadi lebih percaya diri dan berani. Pada tahap bayi hingga balita sebaiknya
seorang ayah juga punya andil dalam perawatan anak sewaktu bayi dan balita.
Pada tahap pra-remaja hingga remaja seorang anak cenderung tidak mau bercerita
pada ayah, namun pada ibu. Jadi, sebaiknya ayah harus membangun kepercayaan
agar anak mau bercerita dan terbuka mengenai hal-hal yang dialaminya. Belajar
mengambil hati seorang anak. Begitu juga sebaliknya pada saat remaja, ayah
harus menjaga kepercayaan anak dan membantu mencari solusi saat anak mengalami
masalah. Ayahpun memiliki pengaruh pada pembentukan harga diri dan jalinan
asmara anak. Sebagian besar anak perempuan memiliki keinginan untuk mempunyai
pasangan hidup yang memiliki kepribadian maupun karakter yang tidak jauh
berbeda dari seorang ayah. Karenanya, amat mutlak dan sangat penting untuk
seorang ayah untuk menyayangi putrinya serta menghormati ibunya supaya anak
tahu bahwa kelak ia harus mampu mendapatkan pasangan hidup yang mampu
menghormati dirinya.
Apabila setiap ayah (orang tua)
yang setuju dengan pentingnya kedekatan hubungan antara ayah dengan anak
perempuannya lantas setuju juga dengan mulai membangun Relationship Goals yang saya maksud tadi, bisa dibayangkan mungkin
postingan-postingan ataupun perilaku yang diperlihatkan langsung di depan umum
bakal jadi pengerem atau kalau mungkin bahkan harus bisa menyaingi gempuran
negatif medos menjadi gempuran positif melalui gerakan Relationship Goals antara ayah dan anak perempuannya.
Hal ini sebenarnya sudah banyak
dilakukan, terutama di kalangan artis atau selebritis yang memang penting buat
mereka berbagi setiap moment.
Contohnya Gempita (Baby Gempi) anak dari pasangan Gisela dan Gading Martin,
tidak sedikit bahkan bisa ribuan orang yang menunggu postingan yang
memperlihatkan kedekatan dengan sang ayah. Diantara orang-orang awam pun sudah
banyak. Saya punya teman yang suka memposting foto-foto yang
memperlihatkan kedekatan hubungannya dengan sang anak perempuan. Ini menjadi
sangat positif untuk memperkuat karakter
yang dibangun si anak perempuan. Mereka menjadi merasa lebih aman dan percaya
diri. Mengetahui bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan, menjadi dasar yang
kuat untuk membangun benteng pertahanan dari tekanan lingkungan yang kurang
bersahabat. Apalagi kalau dikaitkan dengan sebuah statement “The only one man in the world who never hurts
you is father”, maka tidak salah kalau buat anak perempuan ayah adalah
pahlawan yang selalu hadir pada setiap moment
penting dalam hidup. Lahir, ulang tahun, kelulusan sekolah, hari pernikahan, bahkan
sampai akhir hayat, dukungan semangat yang bisa ditularkan dari Relationship Goals yang dibangun,
harapannya tidak hanya menjadi sekedar membuat iri bagi orang-orang yang
melihat, namun harus menjadi inspirasi bagi anak laki-laki atau laki-laki dewasa
untuk belajar lebih menghargai wanitanya atau anak-anak perempuannya. Yes?
(didedikasikan untuk ayahku Rachmat Saleh Permana, SH., amazing father
Iqbal Yoez, dan ayah-ayah lain yang ada di dunia ini, terima kasih banyak untuk
telah menjadi inspirasi dan masih mendampingi sebagai ‘the best father in the
world’ sampai hari ini)
Profil :
Yuke Rachma, seorang ibu dari
satu orang anak, HRD Manager & GA di salah satu outsourcing security di
Kota Bandung, sebagai praktisi Human Resources sejak tahun 2007.