Jumat, 03 September 2021

INDSCRIPT CREATIVE AND THE EXTRAORDINARY WOMAN BEHIND

 

Siapa yang belum kenal? Padahal tak kenal maka tak sayang. Saya sendiri tahu Indscript belakangan, karena lebih dahulu mengenal sosok pendirinya. Pada waktu itu kebetulan ada event kelas “Heart Selling on The Spot” di salah satu hotel di Bandung, sekitar bulan Oktober 2016. Wah, lumayan sudah lama ya.

Saat itu saya baru saja melek di dunia kepenulisan. Karena sebelumnya menulis itu hanya sebagai tempat curhat di medsos yang juga baru saya kenal. Ternyata, saya mendapatkan insight bahwa dengan bisa menulis kita bisa makin mudah berbisnis. Sebaliknya, kalau ingin bisnis makin berkembang maka harus bisa menulis. Berbisnis dan menulis menjadi satu paket yang saling melengkapi.

Satu hal yang makin menarik adalah bahwa kedua kegiatan itu ternyata bisa dilakukan fulltime dari rumah, oleh seorang ibu rumah tangga. Hal ini adalah salah satu impian terbesar dalam hidup saya. Ada yang samaan?

Kalau iya, berarti harus lanjutkan mengenali Indscript ini.

 

Indari Mastuti, suatu kebanggaan bisa mengenal pendiri Indscript Creative lebih dekat

 

Berawal dari seorang wanita luar biasa bernama Indari Mastuti, yang menyukai kepenulisan sejak masa sekolah. Sejak tahun 1996, saat masih kelas 1 SMA, ia sudah rajin mengirimkan cerpen-cerpen ke majalah atau koran. Tentu saja sudah ratusan karya yang dimuat.

Bekerja dan berkarir kantoran juga bukan tidak pernah dilakukan oleh seorang Indari Mastuti. Bahkan, sebelum menikah sudah pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi. Menjadi seorang Manager Marketing yang aktif hingga banyak bertugas ke luar kota. Pada saat itu, menulis memang baru merupakan kegiatan selingan di antara pekerjaan kantor. Namun produktivitas menulis ini tetap tinggi, karya yang dihasilkan tetap banyak. Bahkan, pada tahun 2004 akhirnya menelurkan novel perdana. Sejak itulah, Indari Mastuti banyak berhubungan dengan penerbit.

Hingga ketika sudah menikah barulah mulai berpikir bagaimana caranya agar tetap bisa menjadi ibu rumah tangga yang melayani suami dan mengurus anak, tetapi tetap memiliki kegiatan yang produktif dari rumah. Dibangun dengan landasan itulah, maka Indscript selalu mendasarkan semua kegiatannya dikaitkan dengan Ibu Rumah Tangga.

 

Indari Mastuti (foto from profil facebook)



Indscript Creative, kapan dan bagaimana mulai dibangun?

 

Memulai kedekatan dengan penerbit Gramedia, Syamil sejak terbitnya novel perdana di tahun 2004, memberikan ruang lebih leluasa bagi Indari Mastuti untuk melanjutkan kerja sama selanjutnya. Sehingga ketika pada 2007 menikah dan mulai berpikir ingin berbisnis dari rumah, maka pilihan bisnisnya jatuh pada kegiatan yang berhubungan dengan menulis. Bisnis menjadi lebih mudah karena menulis adalah suatu hobi yang disukai. Pada saat itu belum menggunakan brand sebagai Indscript, masih dengan nama sendiri, Indari Mastuti.

 

Mulai menawarkan lebih intens kepada penerbit dan hasilnya malah ditawarkan untuk menulis tema lain yang selama ini tidak biasa atau tidak pernah ditulis. Masya Allah, feedback yang di luar dugaan. Akhirnya pada akhir tahun 2007, dimulailah merekrut penulis untuk dapat membantu memenuhi semua permintaan.

Memasuki awal 2008 barulah mulai dengan nama Indscript Creative. Nama ini diberikan oleh sang suami, Deky Tasdikin. “Ind” artinya Indari, “script” artinya tulisan, dan “Creative” dengan harapan tulisan yang dihasilkan untuk klien ini adalah tulisan yang kreatif. Bahwa tulisan-tulisannya bukan sekadar jadi buku tapi juga harus enak untuk dibaca. Buat teman-teman yang sudah pernah membaca bukunya Indari Mastuti pasti akan mengaminkan. Buat saya bahkan lebih dari itu, tulisan yang dibuat selalu mampu menginspirasi.

 

Bagaimana Indscript Creative berkembang?

 

Pada awal tahun 2007 fokus bisnis masih sebagai agensi naskah, yaitu penyambung lidah penerbit dan penulis. Penerbit-penerbit yang bekerja sama dan sangat loyal hingga sekarang, yaitu Kompas Gramedia, Swadaya, dan Elex Media. Harapannya, jenis usaha ini tetap langgeng. Meskipun dari tahun ke tahun selalu berusaha mengembangkan lini-lini bisnis yang lainnya.

 

Tahun 2010 mulai mengembangkan penulisan biografi. Pada saat itu klien pertamanya adalah Brownies Amanda. Terus bertambah dari mulai Teh Ninih, ibu Siti Oded, ibu Atalia Praratya, bahkan ekspatriat Jepang. Target khususnya adalah memang pejabat-pejabat dan pengusaha kelas kakap, karena jasa penulisan biografi ini tidaklah murah. Bisa dipatok hingga 120 juta per satu project buku. Wow, harga yang cukup menggiurkan untuk menjadi seorang penulis, ya?

 

Selain itu, sejak tahun 2015 mulai mengerjakan juga direct selling. Dasar pemikirannya adalah, apa kira-kira yang bisa menghasilkan secara masif dan setiap hari? Sedangkan project buku biasanya berdasarkan kontrak atau per-bulan. Produknya ada bermacam-macam, seperti “Board Media Pencapaian Target”, “Board Mimpi”, dan lain-lain. Saat ini sudah ada sekitar 10.000 reseller yang berada di bawah jaringan Indscript.

 

Foto taken from google image



Bagaimana Indscript Creative bertahan di tengah badai pandemi?

 

Tahun 2020 pada saat pandemic, Indscript malah membuat percetakan sendiri. Dari karya Indari Mastuti sendiri atau penulis-penulis lain yang ingin mencetak buku.  Sehingga bukan lagi hanya sebagai agensi naskah, namun sudah berkembang menjadi percetakan dan publisher. Buku-buku yang ada di Indscript saat ini idak hanya melalui kerjasama dengan penerbit, tetapi sudah mulai lengkap mulai dari menulis, mencetak, menerbitkan dan mendistribusikan sendiri.

 

Bahkan, di tahun 2021 ini sudah berkembang menjadi agensi blogger, yaitu sebagai penyambung lidah antara perusahaan dengan para blogger. Serta yang terkini juga mengembangkan platform marketplace khusus untuk perempuan dengan nama Terhubung.co.id dan membuat channel YouTube “Rumah Teh Iin” yang akan menjadi cincin dalam dunia pernikahan. Isinya berbicara atau mengupas dengan sang suami tentang dunia pernikahan. Silakan langsung saja cari tahu kalau penasaran, ya.

 

Unforgetable moment buat Indscript Creative

 

Tahun 2007 membangun bisnis dan berkembang sangat pesat tetapi kurang dibarengi dengan ilmu, sehingga mengalami bangkrut di tahun 2010. Dari 16 karyawan menjadi tinggal 3 orang saja yang tersisa.

Namun kejadian ini menjadi titik balik kesadaran bahwa bisnis itu butuh ilmu. Sejak saat itu Indari Mastuti mulai belajar mentoring, ikut coaching, mulai membangun networking sampai mendapatkan akses-akses yang luar biasa untuk pembelajaran. Hingga hari ini menjadi sangat paham bahwa segala sesuatu itu butuh ilmu.

Layaknya sebuah bisnis, pasti akan mengalami pasang surut. Terjatuh itu sudah biasa, yang sulit adalah mempertahankan keinginan untuk selalu bangkit. Momen inilah yang mendorong semangat belajar Indari Mastuti untuk terus bergerak.

 

Harapan Indscript Creative di masa depan

 

Bagi Indari Mastuti, harapan ke depan akan selalu kembali kepada sejarah, yaitu ingin menjadi ibu rumah tangga yang produktif dari rumah.

Karena itu, Indscript Creative harus menjadi perusahaan yang membuat produktivitas perempuan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Visinya adalah melahirkan 1 juta penulis dan 1 juta pebisnis.

Semoga, saya dan teman-teman bisa jadi bagian di sana, ya. Aamiin.