Senin, 21 Agustus 2017

Profesi di Pengkolan

Sudah beberapa hari ini ban motor aku yang bocor dan harus ganti ban luar tidak sempat tersentuh (agak repot bin males sedikit hehe...). Rencananya Sabtu besok sekalian libur biar bisa ngebengkel tanpa dikejar waktu.

Tapi jadinya aku dapat banyak hikmah dari beberapa cerita yang aku temui sejak beralih cara berangkat kerja, yang bakal aku urai bersambung di sini.

Yang paling berkesan di hari kedua (setelah Senin akhirnya aku bergangkat naek GrabBike) adalah mengamati "profesi-profesi tak diakui di Disnaker". 

Sambil menunggu teman yang akan menjemput lewat (tuh di foto yg pake mobil putih) aku asik memperhatikan laju lalu lintas di pengkolan jalan Rancabolang (depan SD) yang memang sempit dan berkelok-kelok (letter Z), membuat supir terutama mobil sulit memperkirakan situasi setelah belokan, apakah ada kendaraan atau tidak.  Makanya kalau pagi-pagi banyak pengguna jalan mau berangkat kerja dan sekolah bikin macetnya jadi menggila menyaingi tol cikarang. 😁

Untungya ada si Aa yang dengan sigap mengambil peran seperti Polantas tak berseragam lengkap dengan peluit di mulut. Tanpa ada perintah dari atasan dia segera mengatur lalin dengan metoda "buka tutup". Lincah dan bersemangat, si Aa terlihat sangat menguasai pekerjaannya. Sambil mempersilakan mobil dari arah yang satu untuk terus melintas, tangannya yang satu memberi kode stop untuk kendaraan dari arah yang lain. Tak lupa dia juga menghitung sudah berapa panjang antrian di belakang mobil yang distop.

Yang menakjubkan adalah ketika pengendara dengan sadar mengikuti arahan dari si Aa dan tidak memaksa menerobos. Sehingga laju lalin jadi sangat lancar dan tertib. Tak heran kalau si Aa dapat "lemparan koin" atau "kepalan uang kertas". Mungkin pengguna jalan juga bisa merasakan betul manfaatnya. Tidak asal "cepe dulu" baru bisa lewat seperti di jaman "pak Ogah" dulu.

Kalau sudah begini rasanya aku juga gak bisa begitu saja melewatkan kekaguman ini. Kagum karena ada anak muda yang mungkin tidak punya kerjaan terus berinisiatif. Tidak hanya asal-asalan tapi malah memberi manfaat untuk orang sekitar. Uang yang didapat benar-benar dari hasil keringat. Bravo ya Aa...

Yang lainnya, kagum karena ternyata nilai kepatuhan dan toleransi sebenarnya masih tertanam di hati rakyat Indonesia ini. Meskipun harus tetap ada tangan-tangan yang mengatur. (gak ada polisi selonong boy aja... Gak ada Aa "prit gope" gak tertib 😋). Tapi setidaknya masih mau diatur. Bravo buat bapak-ibu yang tertib lalin...

Berharap dari cerita ini nilai kepatuhan dan toleransi di jalan masih bisa dijaga ya meskipun gak ada si Aa polantas. Atau kalaupun tetap ada kondisi seperti ini jadi gak bete lagi kalau harus merogoh kocek "gope"... Yes? 😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar